Selasa, 02 Agustus 2011

Mengintip Rumah Potong Ayam Sierad

Rumah Potong Ayam (RPA) PT. Sierad Produce Tbk yang terletak di Parung, Bogor ini merupakan RPA ketiga yang terbesar di Indonesia. RPA Sierad terkenal sangat menjaga mutu dan kebersihannya. Bahkan telah mendapatkan sertifikat HACCP dan ISO 9001. Demikian pula dalam masalah kehalalannya, RPA Sierad sudah mendapatkan sertifikat halal dari MUI. Bahkan masalah kehalalan, RPA Sierad menjadikannya sebagai prioritas dan menjamin semua proses telah dijalankan sesuai persyaratan halal. Sehingga meskipun sudah menerapkan teknologi modern, RPA Sierad tetap tidak mengabaikan masalah kehalalan. Dengan demikian, umat muslim tidak perlu ragu lagi ketika mengkonsumsi daging ayam yang disembelih di RPA Sierad.

RPA Sierad yang telah berdiri sejak tahun 1985 lalu memiliki kapasitas pemotongan yang terbilang sangat besar, yakni 8000 ekor ayam per jam. Bahkan tahun ini kapasitas tersebut dinaikkan menjadi 12.000 ekor ayam per jamnya.  Proses pemotongan ayam yang diberlakukan di RPA Sierad meliputi pembersihan dengan menggunakan air panas, pembersihan bulu, pengeluaran jerohan dan organ dalam lainnya, pemotongan, pemotongan tulang, dan pembekuan.

Konsumsi daging ayam di Indonesia ternyata masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan Singapura maupun Malaysia. Konsumsi daging per kapita di Indonesia baru 5 kg per tahun. Padahal idealnya seharusnya bisa mencapai 15 kg per tahun. Sedangkan konsumsi daging ayam di Singapura sudah sebesar 30 kg per tahun. Bahkan Malaysia mencapai 38 kg per tahun.

Dari 1,1 miliar ekor ayam yang dikonsumsi masyarakat Indonesia per tahunnya, ternyata hanya 10% saja yang dihasilkan oleh RPA. Adapun sisanya dihasilkan dari pasar tradisional. Oleh karena itu Keberadaan RPA diharapkan mampu menstimulasi konsumsi daging ayam di tanah air. Hanya saja investor yang tertarik untuk menanamkan sahamnya di RPA masih minim karena dukungan insentif dari pemerintah pun ternyata masih minim. Di antaranya masalah perijinan yang masih sulit serta  tingginya biaya pajak serta suku bunga. Akibatnya, upaya untuk menaikkan tingkat konsumsi ayam per kapita nasional juga masih sulit dilakukan.

1 komentar: