Kamis, 15 September 2011

Bea Masuk Impor Jagung, Ancaman bagi Peternak Ayam Kampung

Jagung merupakan salah satu jenis pakan yang sering dikonsumsi oleh ayam kampung. Sayangnya, harga kedelai dan jagung impor akhir-akhir ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan sehingga harga pakan ayam pun ikut naik pula. Sedangkan pasokan jagung di dalam negeri ternyata hingga kini belum mampu mencukupi kebutuhan pakan ternak. Apalagi harga jagung lokal ternyata justru lebih mahal dibandingkan dengan harga jagung impor. Harga jagung lokal kini per kilogramnya sebesar Rp. 3700 sedangkan harga jagung impor Rp. 3200 per kilogram. Harga dedak dan jagung memang telah mengalami kenaikan yang cukup drastis selama lima tahun terakhir ini.

 

Selama ini, pengenaan bea masuk impor jagung turut andil dalam menambah beban biaya produksi pakan ternak. Padahal jagung merupakan komponen utama (51,4%) dalam pembuatan pakan ternak. Tidak mengherankan jika kemudian kalangan industri pakan ternak meminta pemerintah segera menghapuskan bea masuk impor jagung, setidaknya sebesar 5%. Dengan penghapusan bea masuk impor jagung, beban peternak akan sedikit terkurangi karena harga pakan bisa diturunkan.

 

Kenaikan harga tersebut bila dibiarkan terus menerus bisa mengancam eksistensi peternak ayam kampung, khususnya para peternak kecil dan mandiri. Mereka bisa gulung tikar karena kekurangan modal usaha. Akibatnya, peternak terintegrasi bisa menggantikan kedudukan peternak kecil dan mandiri. Peternak terintegrasi umumnya berada di bawah pengaruh para pemodal besar. Dominasi mereka pada akhirnya akan ikut menentukan harga telur dan daging ayam di pasaran.

 

Kenaikan harga pakan ternak selain mendorong kenaikan harga daging juga berimbas pada harga telur ayam. Harga telur kini terus mengalami peningkatan. Jika sebelumnya satu kilo gram telur dijual seharga  Rp. 15 ribu – Rp. 16 ribu, sekarang sudah mencapai Rp. 20 ribu per kilogramnya.

 

Sebelumnya ancaman virus flu burung juga sempat mengguncangkan kestabilan ternak ayam kampung. Pada waktu itu banyak peternak yang bangkrut karena permintaan daging ayam mengalami penurunan yang sangat signifikan. Selain itu, ayam-ayam pun akhirnya banyak yang dimusnahkan untuk menghindari semakin meluasnya area yang terpapar virus flu burung sehingga ayam kampung generasi berikutnya diharapkan tidak terserang penyakit serupa.

1 komentar: